Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Naik, Pedagang Tempe Tahu di Semarang Banyak Dikomplain Pembeli

Kompas.com - 12/01/2021, 22:10 WIB
Riska Farasonalia,
Dony Aprian

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Pedagang tempe dan tahu di Pasar Peterongan Kota Semarang mengeluhkan naiknya harga kedelai sebagai bahan baku produksi mereka.

Salah seorang pedagang, Parni (60) mengaku, kenaikan harga kedelai itu berimbas pada naiknya harga dagangan yang dijualnya.

Tempe yang dibungkus daun pisang kini dijualnya dengan harga Rp 10.000 per 10 potong.

Padahal, sebelumnya, ia bisa menjual seharga Rp 8.000 per 10 potong.

Sedangkan, untuk tahu dijual dengan harga Rp 7.000 per 10 potong dari yang sebelumnya cuma Rp 6.000 per 10 potong.

“Bahan bakunya naik sejak awal bulan ini (Januari),” ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (12/1/2021).

Baca juga: Imbas Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu Tempe Tasikmalaya Kurangi Ukuran

Dia mengaku kenaikan harga kedelai tersebut berdampak pada penurunan pendapatan.

Padahal, setiap harinya, ia bisa menjual sampai 2.500 tempe potong yang dibungkus daun setiap harinya.

“Pembelinya berkurang, karena harganya naik. Pemasukan sedikit, turun sampai 60 persen. Sekarang sehari cuma bisa jual 1.500 potong tempe," ungkapnya.

Senada dengan Parni, Kalimah (55) mengaku sejak harga kedelai naik, dagangannya banyak yang tidak laku terjual.

Ia rela memangkas keuntungan untuk menyiasati agar harga jual tetap stabil di tengah meroketnya harga kedelai.

"Saya tidak menaikkan harga. Tempe saya jual harganya Rp 5.000 kalau tahu harganya Rp 6.000. Kalau tempe daun per potong Rp 1.000. Ya untungnya memang sedikit paling cuma Rp 500. Karena belinya udah mahal," katanya.

Belum lagi, ia kerap dikomplain pembeli karena harga tempe dan tahu yang dijual ikut naik.

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu di Banyumas: Biaya Operasional Enggak Nutup

Selain itu, ia juga harus bersaing dengan penjual tempe dan tahu yang berjualan dengan harga lebih murah.

"Harga kedelai naik. Bahan baku semakin mahal. Banyak pembeli yang komplain karena harganya naik. Akhirnya tidak jadi beli. Jadinya rugi. Selain itu, saingan yang jual juga banyak," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com