Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Manusia Karung" Marak di Semarang, Siapa Mereka?

Kompas.com - 18/05/2020, 09:14 WIB
Riska Farasonalia,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Di tengah pandemi Covid-19, keberadaan sekelompok orang pembawa karung di Kota Semarang, semakin hari kian merebak.

Dari pengamatan Kompas.com, kemunculan mereka seringkali terlihat di tepi trotoar jalanan sejak sebulan terakhir.

Biasanya mereka mudah sekali dijumpai hampir di sepanjang jalan-jalan protokol Kota Semarang.

Seperti yang terlihat di Jalan Pahlawan menuju kawasan Simpang Lima.

Baca juga: Disuruh Pergi dari Gubuknya, Nenek Ini Terancam Jadi Gelandangan

Nampak mereka biasanya duduk-duduk di tepi jalan menunggu pengendara yang melintas untuk memberikan bantuan.

Selain itu, tak jarang mereka ditemukan bergerombol di sepanjang Jalan Dr. Sutomo menuju Kawasan Tugu Muda.

Bahkan mereka juga bisa dijumpai di depan Museum Mandala Bhakti hingga sepanjang Jalan Mgr Soegijapranata.

Pengamat sosial Unika Soegijopranata Semarang Hermawan Pancasiwi mengakui bahwa kemunculan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Kota Semarang itu semakin marak di masa pandemi seperti sekarang.

"Betul memang banyak dijumpai di jalan-jalan protokol, seperti di Jalan Pahlawan, Jalan S. Parman, Jalan Veteran dan hampir di setiap tepi jalanan bisa ditemukan," jelas Hermawan kepada Kompas.com, Senin (18/5/2020).

Menurut Hermawan, masyarakat menyebut keberadaan mereka dengan istilah manusia karung.

Fenomena kemunculan manusia karung ini, lanjut dia, biasanya ditandai dengan adanya sebuah karung yang dipanggul ataupun hanya diletakkan di pinggir jalan sebagai suatu isyarat.

"Mereka rata-rata membawa karung yang digunakan sebagai penanda atau isyarat bahwa keberadaan mereka membutuhkan uluran tangan dari masyarakat pengguna jalan," katanya.

Sebab, kata dia sebagian besar dari mereka adalah masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 sehingga mengalami kesulitan ekonomi.

"Mereka adalah orang-orang yang terdampak pandemi, baik yang memang benar-bebar pemulung ataupun orang yang terkena imbas seperti dirumahkan atau PHK dari pekerjaannya," ujarnya.

Maka dari itu, tidak heran, jika mereka merasa tidak mempunyai pilihan lain sehingga mengharapkan bantuan dengan berbekal karung untuk mengundang belas kasihan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com