Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Diimbau Jadikan Bawang Putih Hasil Panen Sebagai Bibit agar Tak Impor

Kompas.com - 28/03/2019, 16:40 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com – Direktur Jenderal Holtikultura Kementan Suwandi mengimbau petani bawang putih di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, agar bawang putih yang dipanen untuk dijadikan bibit. Hal itu agar bibit bawang putih tidak diimpor lagi.

Hal itu disampaikan Suwandi saat menghadiri panen raya komoditas bawang putih di Kabupaten Temanggung, Kamis (28/3/2019).

“Jadi, tahun 2019 ini benih bawang putih tidak perlu impor lagi, hasil panen jangan dijual, tapi dijadikan bibit lagi,” kata Suwandi, seusai panen raya bawang putih dari bibit bantuan dari APBN ini.

Suwandi menjelaskan, Temanggung merupakan salah satu sentra penghasil bawang putih kedua terbesar di Indonesia, setelah Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Kapasitas lahan yang tersedia di Temanggung saat ini baru mencapai 3.300 hektar.

Lahan umumnya berada di lereng Gunung Sumbing, atau di atas ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Temanggung, sambung dia, masih sangat berpotensi pengembangan lahan hingga 10.000 hektar untuk tanam bawang putih.

Baca juga: Ada Tol Trans Jawa, Mengapa Harga Bawang Putih di Solo Alami Kenaikan?

Kementan mendorong agar pembukaan lahan bisa dilakukan agar bisa mendukung swasembada bawang putih yang ditargetkan teralisasi di akhir 2021.

“Saat ini ada 10.000 hingga 11.000 hektar tanaman bawang putih. Tahun 2019 ini ditarget ditanam di 30.000 hektar, baik itu APBN, importir dan swadaya. Kalau 30.000 hektar tahun ini ditanam, maka pada 2020 kebutuhan tanam (bibit) bawang putih sudah bisa terpenuhi,” tambahnya.

“Akhir 2021 bisa langsung swasembada bawang putih,” katanya .

Dijelaskan Suwandi, bawang putih saat ini masih didominasi impor dari Tiongkok mencapai 95 persen. Namun, pemerintah punya skema mengubah impor menjadi swasembada. Salah satunya dengan mendorong petani menanam bawang putih dengan luasan minimal 100.000 hektar.

“Kebutuhan konsumsi kita itu 550.000 ton, itu hampir seluruhnya impor. Saya minta hasil panen di Temanggung, tolong dijadikan benih dan harganya saat ini sedang bagus, satu kilonya Rp 40.000 hingga Rp 60.000. Bawang saat ini ada insentif dan pasar bagus,” katanya.

Kementan mendorong agar petani bisa memanfaatkan kesempatan untuk menjadikan bawang sebagai benih. Dia tidak ingin hasil panen dijual di pasaran.

“Kalau petani untung pasti mereka semangat dijadikan benih, harga minim Rp 40.000, jadi gak perlu harga acuan,” tambahnya.

Bupati Temanggung Al Hadziq mengatakan, lahan untuk tanam bawang putih di Temanggung memang bisa mencapai 10.000 hektar. Lahan tersebar di 7 sampai 8 kecamatan di Temanggung. Ia mendorong warganya agar hasil panen tidak dijual, tapi dijadikan bibit.

“Kita serukan hasil panen jadi bibit, karena harga jual tinggi. Kalau bawang konsumsi itu harganya Rp 13.000 sampai 15.000, kalau dijadikan bibit minimal harganya Rp 40.000, beda penanganan pasca-panen saja,” tandasnya.

Hadziq menambahkan, upayanya mendorong bawang putih juga tidak menggusur tembakau. Sebab, masa tanam komoditas itu dilakukan secara bergantian.

Baca juga: Semarang Mulai Uji Coba Tanam Bawang Putih

Sementara itu, panen raya bawang putih digelar di Desa Pekarangan, Kecamatan Kledung. Panen raya dihadiri sejumlah pihak. Selain Direktur Jenderal Holtikultura Kementan Suwandi dan Bupati Temanggung Al Hadziq, acara itu juga dihadiri asosiasi petani bawang, serta kalangan importir bawang putih. 

Dari luasan 3.300 hektar yang ada kabupaten tersebut, 400 hektar di antaranya saat ini sedang panen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com